Skripsi Pendidikan (PTK) - Pd 539


PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA 
DENGAN PENGGUNAAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR
KELAS VII SISWA TUNA RUNGU DI SLB-B YPPLB


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupun sehari-hari di masyarakat terdapat berbagai karakteristik manusia. Ada yang mengalami kelainan mata, telinga atau organ bicara, mental, tubuh dan lain-lain. Bahkan ada pula yang mengalami lebih lari satu jenis kelainan atau juga disebut kelainan ganda. Namun sebagian besar masyarakat kita tergolong normal.
Manusia dalam pergaulannya memerlukan bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat vital. Kita mengetahui bahwa di dalam pergaulan manusia di dunia tidak ada yang lebih penting selain komunikasi. Komunikasi tujuannya untuk menyampaikan pikiran atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Berkomunikasi dapat dilakukan dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa isyarat tangan dan sebagainya. Bagi anak normal hal ini perlu latihan untuk menguasainya, apalagi bagi anak tuna rungu yang memiliki banyak kekurangan.
Anak tuna rungu memiliki kekurangan salah satu kemampuan yang  sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Berbicara dan berbahasa merupakan media utama untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan. Selain itu anak tuna rungu memiliki kosa kata yang sedikit dibandingkan dengan anak yang mendengar pada umumnya. Dengan demikian pemahaman anak tuna rungu terhadap bahasa sedikit sekali sehingga sering disebut anak yang miskin bahasa. Berkaitan dengan pernyataan ini, Purbaningrum (2001:6) menyatakan bahwa,
Pada umumnya segi bahasa anak tuna rungu memiliki ciri-ciri yang khas yaitu miskin kosa kata, sulit memahami kalimat yang panjang dan berhubungan, sulit memahami ungkapan-­ungkapan yang mengandung arti kiasan atau kata-kata yang abstrak, sulit menguasai irama dan gaya bahasa.

Kurangnya akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tuna rungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Emosi anak tuna rungu selalu bergolak, disatu pihak karena kemiskinan bahasanya dan dipihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya.
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki kemampuan untuk mendekatkan hubungan sosial, ekonomi dan budaya untuk mengembangkan. memajukan masyarakat datam segala aspek kehidupannya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan atau keterampilan seseorang dalam menggunakan bahasa. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Sefanjutnya, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia untuk tuna rungu tingkat menengah mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi beberapa aspek diantarannyaa keterampilan berbicara.
Ketrampilan berbicara adalah bagian dari keterampilan menyimak berbahasa yang merupakan catur tunggal yaitu keterampilan menyimak, bebicara, membaca dan menulis. (Caray Label, 2008 dalam http/Makalah dan Aripsi.blog.spot,com, diakses 9 maret 2009).
Berdasarkan uraian di atas, berbicara atau bercerita sebagai salah satu keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting artinya bagi anak tuna rungu di samping dapat digunakan bekal sekolah pada jenjang yang lebih atas berfungsi untuk menyerap informasi dari berbagai ilmu pengetahuan. Untuk terampil berbicara atau bercerita diperoleh dengan jalan praktik dan banyak latihan.
Dalam pengembangan Standart Kompetensi dan Komponen Dasar Bahasa Indonesia kelas VII semester kedua SMPLB-B, keterampilan berbicara diperoleh dari kemampuan yang dimiliki terlebih dahulu yaitu kemampuan menceritakan kembali secara tertulis. Sehubungan dengan kemampuan menceritakan kembali yang terjadi melalui proses yaitu secara tertulis sebagaimana disampaikan di atas, untuk proses secara tertulis itu bisa berhasil dengan baik dengan menggunakan diantara salah satu teknik yaitu merangkum. Maka untuk meningkatkan keterampilan berbicara atau menceritakan kembali dengan menggunakan teknik merangkum dibutuhkan suatu media berupa buku cerita bergambar.
Azhar Arsyad (1997:3), mengemukakan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Melihat kenyataan yang ada di SLB-B YPPLB Ngawi bahwa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara untuk anak kelas VII masih rendah. Hal ini terlihat dari berbagai aspek bicaranya antara lain:
1.      Nada bicara anak tidak beraturan.
2.      Ucapan bicara anak masih terputus-putus.
3.      Teriadi nenghilangan beberapa kata dalan, bicaranya.
4.      Susunan kata dalam kalimat bicaranya masih kacau atau dibolak balik.
Menurut pengamatan peneliti, kondisi tersebut masih belum mendapatkan penanganan yang sesuai guna menuju ke arah perbaikan dalam peningkatan kemampuan berbicara anak. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian lebih lanjut guna mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara dengan penggunaan media buku cerita bergambar kelas VII pada siswa tuna rungu di SLB-B YPPLB Ngawi tahun pelajaran 2008/2009.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian ini melibatkan beberapa aspek sebagai berikut.
1.      Apakah keterampilan berbicara diajarkan di kelas VII Sekolah Menengah Luar Biasa?
2.      Media apakah yang sering digunakan guru dalam mengajar?
3.      Apakah teknik berbicara menggunakan media buku cerita bergambar sudah digunakan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa?
4.      Apakah buku cerita bergambar digunakan dalam pembelajaran berbicara di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa?
5.      Apakah kemampuan siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama dalam berbicara dengan menggunakan media buku cerita bergambar meningkat?

C.    Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
  1. Subjek penelitian  siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa di SLB-B YPPLB Ngawi tahun pelajaran 2008/2009.
  2. Objek penelitian: keterampilan berbicara dengan penggunaan buku cerita bergambar.

D.    Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. “Apakah keterampilan berbicara siswa tuna rungu kelas VII- SLB-B YPPLB Ngawi tahun pelajaran 2008/2009 dapat di tingkatkan dengan pengggunaan media buku cerita bergambar?”.

E.     Tujuan Penelitian
Secara operasional, tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mendiskripsikan peningkatan keterampilan berbicara dengan penggunaan media buku cerita bergambar kelas VII siswa tuna rungu di SLB­B YPPLB Ngawi tahun pelajaran 2008/2009.
F.     Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampiian berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Sementara itu secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.      Siswa
a.       Menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (Nasional) dan bahasa negara.
b.      Memahami bahasa Indonesia dari aspek berbicara serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
c.       Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkat­kan kemampuan intelektual, dan kematangan sosial.
d.      Memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara).

2.      Guru
a.       Membekali guru dalam menentukan materi pengajaran bahasa Indonesia khususnya tentang keterampilan berbicara.
b.      Membantu guru mengembangkan kreatifitas dalam mengajar berbicara di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa.
c.       Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul pada saat berlangsungnya pembelajaran berbicara di kelas.
d.      Memberi umpan balik bagi guru bahasa Indonesia agar dimasa yang akan datang dapat memperbaiki kualitas mengajar.
3.      Sekolah
Melengkapi sarana dan prasarana belajar bahasa Indonesia untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya, (termasuk buku cerita bergambar).

 Untuk kelengkapan Data/File, Hubungi 081567694016

Skripsi Keperawatan - Pw 02


HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DOKTER DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP (IRNA) PEYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satu cars yang dianggap sangat berperan penting adalah penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna dan berdaya guns serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program tersebut adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemrintah maupun swasta yang didukung oleh pecan serta masyarakat (Depkes RI, 2001).
Pada era pasar bebas dewasa ini banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia baik di kalangan Industri birokrasi dan ekonomi, dan tanpa kecuali industri pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, industri pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit. Selain menghadapi transisi epidemiologi dan demografi, sejalan dengan persaingan global menuntut kesiapan semua komponen agar mampu menghadapi persaingan. Sehinga dengan berkembangnya penyediaan sarana pelayanan kesehatan baik yang diselenggarakan peinerintah maupun swasta saat ini belum banyak diikuti oleh peningkatan mutu pelayanan.
Mutu pelayanan sebuah rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, ketersediaan obat, alai kesehatan dan sarana penunjang lain, proses pernbersian pelayanan dan kompensasi serta harapan masyarakat. Selain itu aspek sumberdaya (SDM) rumah sakit juga memegang peran yang sangat penting. Dengan demikian peningkatan kualitas fisik maupun SDM serta faktor-faktor di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi untuk mutu pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak di rawat inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien yaitu selama 24 jam, hal ini akan menyebabkan stresor yang kuat pada perawat di dalam lingkungan pekerjaannya (Keliat, 1999). Stres kerja terjadi karena adanya tekanan-tekanan dalam pekerjaan melebihi ambang kewajaran dan disertai kurangnya dukungan yang dibutuhkan seseorang dari berbagai pihak (Hartini, 2003). Di Amerika pada tahun 1997 stres yang berhubungan dengan pekerjaan menghabiskan dana sebesar $ 200 – 300 Milyar/tahun, angka kejadian stres kerja 60 % - 90 % terjadi pada masalah medis dan California Workers Compensation Institut melaporkan kejadian stres kerja meningkat 70 % dari tahun 1979 dan mempunyai resiko, tujuh kali terjadi cedera dibanding yang tidak mengalami stres, adapun factor-faktor yang dapat menimbulkan stres perawat adalah berhadapan dengan kematian pasien, beban kerja yang berlebihan, konflik dengan rekan kerja termasuk profesi lain, persiapan yang kurang matang saat berhubungan dengan pasien dan keluarga, kurangnya dukungan dan ketidakpastian instruksi perawatan (ICN, 2002).
Berdasarkan survai ke Amerika bahwa kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, konflik dengan teman sejawat, kesulitan dalam merawat pasien kritis, merawat pasien yang gagal untuk membaik, bekerja dengan dolcter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional klien merupakan sumber stres kerja bagi Oerawat (Abraham & Shanley, 1997).
Menurut Hardjana (1997), lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres antara lain disebabkan tuntutan kerja, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik.kerja, rasa kurang memiliki pengendalian, hubungan interpersonal yang buruk dan kurang pengalaman, peningkatan jenjang karier dan kurang aman dalam lingkungan kerja. Sedangkan stres yang dialami oleh karyawan akan mengganggu situasi kerja dan konsentrasi dalam menyelesaikan tugas yang dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja (Anoraga, 2001).
Perawat dituntut harus mampu melakukan pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai hubungan interpersonal dan komunikasi yang baik yang diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Hubungan interpersonal perawat mempunyai hubungan utama pada kesejahteraan klien dan perawat pada dasarnya merupakan hubungan timbal batik yang dinamis antara perawat dan klien dan merupakan faktor penentu utama bagi keefektifan intervensi keperawatan (Abraham & Shanley, 1992). Sedangkan hubungan interpersonal termasuk faktor yang dominan menimbulkan stres kerja perawat di lingkungan pekerjaannya (Purwandari, 2000).
Pelayanan kesehatan di Instansi Rawat Inap RSUD Sragen merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang sangat komplek karena pasien yang dirawat ini berbagai macam penyakit yaitu : bedah dalam, kebidanan, gerontik, pediatric untuk semua jenis kelamin. Klien yang dirawat berbagai macam kondisi dari tingkat sedang sampai yang berat dan juga klien yang akut maupun kronis. Perawatan pasien di ruangan ini tidak diklasifikasikan secara khusus berdasarkan jenis kasus penyakit, golongan umur, dan jenis kelamin. Ruang perawatan RSUD Sragen yang diklasifikasikan berdasarkan kelas perawatan yaitu : VIP A, VIP B, kelas 1, kelas 11, dan kelas III jadi semua pasien dapat dirawat di ruangan ini.
Berdasarkan wawan yang dilakukan peneliti dengan beberapa perawat, bahwa ada komunikasi yang kurang baik antara perawat dengan dokter, sulit menghubungi dokter terutama pada macam hari karena bila ada pasien yang kondisinya memburuk secara tiba-tiba, sehingga kurang adanya hubungan kemitraan yang baik antara perawat-dokter, motivasi kerja dan semangat kerja yang tinggi untuk bekerjasama kurang dimiliki oleh anggota tim kerja. Situasi yang demikian dapat menimbulkan komunikasi yang kurang baik antara perawat-dokter, sedangkan konflik interpersonal merupakan sumber stres yang utama (Smet, 1994).
Akibat dari permasalahan yang telah diuraikan di atas akan dapat menimbulkan kualitas kerja dan disiplin kerja menurun serta kualitas pelayanan memburuk. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang korelasi antara hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah penelitian : Apakah ada hubungan komunikasi perawat – dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.

C.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan komunikasi perawat – dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.
  1. Tujuan khusus
a.       Mengetahui gambaran komunikasi perawat-dokter di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
b.      Mengetahui gambaran stres kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
c.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (rangkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
d.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
e.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
f.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat-dokter) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
g.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat­dokter) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
h.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat­dokter) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
i.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
j.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
k.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
l.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (sikap terbuka) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
m.    Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
n.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
  1. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan keperawatan dalam mencegah dan mengatasi stres kerja bagi perawat. Selain itu dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, dan dapat juga digunakan sebagai sarana untuk membina hubungan antar perawat-dokter agar lebih baik.
  1. Peneliti
Melalui proses penelitian ini peneliti mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.
  1. Perawat
Agar perawat dapat mengetahui tanda-tanda awal dari stres, sehingga kualitas kerja, disiplin kerja dan kualitas pelayanan terhadap pasien tidak menurun.
  1. Dokter
Dokter dapat mengetahui akibat atau tanda-tanda kurangnya kekompakkan dalam bekerjasama antar perawat-dokter yang mengakibatkan stres bagi perawat. Sehingga perlu ditingkatkan kerjasama (komunikasi interpersonal) antar perawat-dokter.
E.     Keaslian Penelitian
Penelitian yang hampir sama yaitu dari penelitian yang dilakukan oleh :
  1. Purwandari (2000) dengan judul faktor – faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat di instalasi rawat intensif RSUD Dr. Sardjito, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah perawat instalasi rawat intensif menggunakan total sampling yaitu 20 responden. Penelitiannya menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat yaitu : lingkungan kerja, beban kerja, hubungan interpersonal.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat. Subjek penelitian adalah perawat pelaksana, di IRNA Penyakit Dalan RSUD Sragen, populasi sama dengan sampel yaitu sebanyak 48 responden.
Perbedaan :
Lokasi yang dilakukan oleh peneliti adalah di IRNA Penyakit Dalam RSUD Sragen, sedangkan yang dilakukan oleh Purwandari di instalasi rawat intensif RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Judul yang teliti oleh peneliti adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat, sedangkan yang diteliti oleh Purwandari adalah faktor­faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat. Subyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di IRNA, populasi sama dengan sampel sebanyak 48 responden, sedangkan yang dilakukan oleh Purwandari total sampel sebanyak 20 responden.
  1. Kusmiati (2003) dengan judul hubungan persepsi beban kerja dengan stres kerja perawat di intalasi perawatan intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi perawat pelaksana di ruang instalasi perawatan intensif dewasa RSUD Dr. Moewardi dengan total total sampel 30 responden. Menggunakan metode deskritif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini melanjutkan penelitian Purwandari untuk mengetahui hubungannya beban kerja dengan tingkat stres kerja perawat di instalasi perawatan intensif. Hasil penelitian : Ada hubungan positif antara beban kerja a dengan stres kerja perawat.
Perbedaan:
Lokasi yang dilakukan oleh peneliti adalah di [RNA Penyakit Dalam RSUD Sragen sedangkan yang dilakukan oleh Kusmiati di instalasi perawatan intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Judul yang diteliti oleh peneliti adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat, sedangkan judul yang diteliti oleh Kusmiati adalah hubungan persepsi beban kerja dengan stres kerja perawat.


Untuk kelengkapan Data/File, Hubungi 081567694016

Skripsi Inggris - Ig 11


TEACHING COVABULARY USING GAMES AT AISYIAH
xxx xxx xxx
xxx


CHAPTER I
INTRODUCTION

A.    Background of the Study
As a foreign language in Indonesia, English is seriously learned by many people to have a good prospect to be the community of international world. It can be seen that English is taught from elementary school, up to the higher education (SLTP, SMU, Universities). Now days in line with the Indonesia government's plan to the nine-year basic education, English teaching at elementary school has been possible based on the 1994 curriculum of elementary school.
Considering the needs of mastering English, it is very important to start learning English as early as possible. Now days, parents who have realized about the importance of English, want their children start learning English earlier. Many parents in Indonesia send their young children of pre­school's age (3-6 years old) for many English oriented pre-schools or to the kindergartens. Krasnegor (in Badib, 1991: 351) states that infants can distinguish many phonetic contrast of a speech at a very yo.ing age. It means that the earlier one starts to learn English, the better the result he/she will achieve.
But, teaching English to pre-school children is not easy and it needs patience. The process of teaching children or young learner is different from the process of teaching adults. Clark and Clark (in Fauziati, 2002: 171) state that the language used talk to young children is about “here and now”. Adults talk about the object for children interest in: they name them, describe their properties, and talk about relation between objects. To make sure young children understand what adults say, adults alter the way they say what they say to children. They do this in three ways: they slow down, they use short simple sentences, and they repeat them frequently. These ways of talking to children should be seriously considered in teaching English to very young learners.
To reach a good development in teaching learning process, teachers should create various teaching techniques to increase the motivation of children. The variety of teaching techniques will help very young learners feel amusing in learning situation. One of the techniques to teach the children is using games.
Games should be applied in the process of learning a anguage. Games are appropriate to be played by everybody who learns a language. Games and game-like activities can be a useful medium for teaching foreign language to children. Instead of having a fun the children also learn a new language. David (2003: 49) states that games play a central role in a child-centered lesson and make it possible for children to fully immerse themselves in learning.
In learning English, children should realize what they do when they receive the language assignments. They must be led to understand assignments that are connected to their habit of using their own language to enrich their vocabulary. Mujiono (1993: 83) states:
Vocabulary in English as a foreign language is taught at school for the purpose of providing the students language skills. They are listening, reading, speaking, and writing. Some general statements say that the techniques of teaching reading comprehension and others (Listening, Speaking, Reading, and Writing) are vouched on vocabulary.

The statement above shows that vocabulary is one of the elements of a language.
As the number of vocabulary items, which are the students to master expect indicate that there is a difference between those needed for production skill in foreign language especially speaking and writing. And those needed for recognition skill, particularly reading and listening. On this point, Lado (in Ernawati, 2002: 8) mentions as following:
At present it is possible to guest that a speaking vocabulary of 2000 world like that of general service list of English words, is an adequate minimum number for the purpose of basic communication for reading. However, a vocabulary for writing and listening should better be got at 3000 to 4000 than 2000.

It is realized that in the production level, the students can select any phrase within their range of vocabulary that they do not know. In production level, however, they are forced to know all the words the: read or hear in order to communicate smoothly.
Teaching vocabulary should use effective techniques to teach the material from the book that they are using. They will know the strength and weakness of their material, and will be able to improve their teaching.
Based on the explained above the writer is interested to conduct a research about “The Influence of Vocabulary Teaching using Games on the Vocabulary Mastery of the AISYIAH Kindergarten.”
B.     Review of Previous Study
In this study, the writer summarizes the relevant previous researcher to prove the originality of' this study. They are Siti Ernawati (2002) and Dain Nurfika (2002).
The first researcher is Siti Ernawati (2002) studies about “Teaching Vocabulary Using Pictures at the First Year Students of MTS N Walen Simo Boyolali”. She focuses the study on the effectiveness of pictures as a means to teach vocabulary.
The second researcher is Dain Nurfika (2002) in f is study entitled “Teaching Speaking Using Games and Role-play to the Students of Conversation Class at SMU Al-Islam 3 Surakarta.” The aims of his study are to find the right procedures in teaching speaking using games and Role-play and to know the teaching learning process in the classrooms, especially the implementation of Teaching Speaking Using Games and Role-play to the Students of Conversation Class at SMU Al-Islam 3 Surakarta.
From those literatures writer review above the writer uses the same media but different in an instrument. The writer research is about The Influence of Vocabulary Teaching with Games on the Vocabulary Mastery of the AISYIAH Kindergarten.

C.    Problem Statement
Based on the background of the study the writes formulates the problems as follows:
1.      How is the process of teaching vocabulary using games to the AISYIAH Kindergarten?
2.      What is the result of teaching vocabulary using games to the AISYIAH Kindergarten?

D.    Limitation of the Study
In Kindergarten, there are many interesting aspects to study, but the writer only focuses on the effectiveness of games as a means to teach vocabulary.

E.     Objective of the Study
Based on the research problem, the purposes of the study are:
1.         To describe the process of teaching vocabulary using games in AISYIAH Kindergarten.
2.         To describe the result of teaching vocabulary using games in AISYIAH Kindergarten.

F.     Benefit of the Study
The writer expects that the research paper has some benefits in theoretical and practical.
  1. The theoretical advantages:
a.       The result of the research paper can be used as an input in English teaching learning process especially in teaching vocabulary.
b.      The result of the research can be used as the reference for those who want to conduct a research in English teaching learning process.
  1. The practical advantage:
The English teachers can use the result of the research when they teach the pupils of kindergarten in improving vocabulary.

G.    Paper Organization
The study will be organized as follows:
Chapter I is Introduction. It includes the background of tht study, review of previous study, problem statement, limitation of the study, objective of the study, benefit of the study, and research paper organization. Chapter II is Underlying Theory. It discusses the notion of vocabulary, kinds of vocabulary, the characteristics of the young children, general nature of teaching vocabulary, the general concept of games, and action hypothesis. Chapter III is Research Method. This covers type of research, the instruments for gathering the data, subject of the study, object of the study, and the techniques of analyzing data. Chapter IV is analysis and discussion. Chapter V consists of conclusion and suggestion.



Untuk kelengkapan Data/File, Hubungi 081567694016

Skripsi Hukum - Hk 59


PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN
DI PT BATIK DANAR HADI SOLO


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembangunan Indonesia merupakan suatu proses dalam rangka mewujudkan tujuan nasional negara Indonesia yaitu sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi “.... Kemudian daripada itu untuk membentuk tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ….”.
Sedangkan hasil dari pembangunan itu sendiri harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia secara merata demikian halnya kesempatan untuk ikut andil dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan tersebut. Untuk itu segenap lapisan masyarakat memperoleh kesempatan kerja yang sama sesuai dengan kemampuannya dengan demikian dapat dicapai rasa keadilan, yang mana kesempatan kerja tersebut dapat diperoleh baik dari pemerintah maupun swasta, diantaranya seperti bekerja pada pabrik-pabrik milik swasta. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional seperti tersebut di atas maka kemampuan dan peranan usaha swasta perlu didorong dan dikembangkan. Dengan tercukupinya perolehan kesempatan kerja akan meningkatkan pendapatan nasional sehingga diharapkan dapat terwujud kssejahteraan hagi segenap lapisan masyarakat.
Melalui peningkatan produktivitas perusahaan maka akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas pada masyarakat untuk menjadi karyawan perusahaan yang dapat diandalkan. Dalam penerimaan karyawan tersebut diadakan suatu perjanjian kerja yang mempunyai tujuan untuk mengadakan suatu ikatan atau hubungan kerja antara para pihak yaitu pihak perusahaan (majikan) dengan pihak karyawan (buruh). Sedangkan mengenai syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak diatur dalam peraturan perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
Perjanjian sendiri sebagai salah satu sumber dari perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata. Hukum perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asal tidak bertentangan dengan Undang-undang, tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum. Karena Buku III KUH Perdata menganut sistem terbuka. Yaitu mengandung suatu asas kebebasan, seperti disebutkan dalam pasal 1338 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Perjanjian di sini yang dimaksud adalah perjanjian dimana pihak calon karyawan PT Batik Danar Hadi mengikatkan diri pada pihak perusahaan PT Batik Danar Hadi selaku majikan untuk melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan di PT Batik Danar Hadi dengan menerima upah sebagai kontra prestasi (imbalan jasa).
Yang lazim disebut dengan perjanjian perburuhan, seperti tercantum dalam pasal 1601 a KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut :
“Persetujuan perburuhan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu hal tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.”

Yang dimaksud dengan si buruh dalam hal ini adalah karyawan PT Batik Danar Hadi sedangkan si majikan adalah PT Batik Danar Hadi sendiri. Perjanjian kerja karyawan termasuk dalam perjanjian perburuhan sejati. Karena suatu perjanjian perburuhan yang sejati mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut :

a. Ia menerbitkan suatu hubungan diperatas, yaitu suatu hubungan antara buruh dan majikan, berdasarkan mana pihak yang satu berhak memberikan perintah-perintah kepada pihak yang lain tentang bagaimana ia harus melakukan pekerjaannya.
b. Selalu diperjanjikan suatu gaji atau upah, yang lazimnya berupa uang, tetapi ada juga yang sebagian berupa pengobatan dengan percuma, kendaraan, makan dan penginapan, pakaian dan lain sebagainya.
c. Ia dibuat untuk suatu waktu tertentu atau sampai diakhiri oleh salah satu pihak.  (Soebekti, Cet XXIII)
Dengan terciptanya perjanjian kerja karyawan ini dapat diketahui hak-hak dan kewajiban kerja karyawan dari para pihak. Dalam pelaksanaan dari hak dan kewajiban yang timbul tercipta suatu hubungan antara para pihak yang terikat yaitu : hubungan kerja.
“Hubungan kerja terjadi apabila seseorang (karyawan pekerja, atau pegawai) menyediakan keahlian dan tenaganya untuk orang lain (majikan atau pimpinan) sebagai imbalan pembayaran sejumlah uang.” (Abdulkadir Muhammad, 1986)

Selanjutnya dengan adanya perjanjian kerja karyawan maka diharapkan akan terjalin hubungan yang harmonis antara karyawan di suatu pihak dan majikan (PT Batik Danar Hadi) dilain pihak dalam pelaksanaan perjanjian nanti.
Perjanjian kerja karyawan di PT Batik Dahar hadi sebagai salah satu contoh bentuk perjanjian perburuhan sangat menarik untuk diteliti. Yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk pengaturannya, bagaimana prosedur terjadinya, bagaimana pelaksanaannya, hak dan kewajiban apa saja yang harus dipenuhi para pihak, apa saja hambatan-hambatannya dan bagaimana cara mengatasinya.
Dengan terwujudnya perjanjian kerja karyawan ini diharapkan terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga kepentingan kedua belah pihak dapat terjamin. Untuk itulah penulis perlu meneliti perjanjian kerja tersebut secara mendalam. Sebab perjanjian yang telah terjadi dan telah sah menurut Undang-undang yang berlaku mengikat para pihak yaitu huruh (karyawan PT Batik Danar Hadi) dan majikan (PT Batik Danar Hadi) untuk melaksanakannya. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan Antara Serikat Buruh dan Majikan (Lembaran Negara Nomor 69 tahun 1954) yang berbunyi sebagai berikut :
“Majikan dan buruh yang terikat oleh perjanjian perburuhan wajib melaksanakan perjanjian itu sebaik-baiknya.” (Kep. Manaker No. 5, 1992)

Jadi perjanjian yang terjadi antara karyawan PT Batik Danar Hadi dengan    PT Batik Danar Hadi dalam perjanjian kerja tersebut wajib dilaksanakan oleh para pihak. Oleh sebab itu majikan (PT Batik Danar Hadi) harus memenuhi kewajibannya dan buruh (karyawan PT Batik Danar Hadi) harus memberikan prestasinya.
Mengenai pemilihan lokasi penelitian di PT. Batik Danar Hadi Solo, sebab peneliti menilai sampai saat ini merupakan perusahaan yang sehat dan berkembang pesat. Serta perusahaan tersebut belum pernah terjadi protes dan aksi unjuk rasa dari para karyawannya.
Sehingga hal tersebut di atas sangat menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan perjanjian kerja karyawan di      PT Batik Danar Hadi Solo.

B.     Pembatasan Masalah
Dalam penelitian disamping harus ditentukan obyek penelitian juga harus diadakan suatu pembatasan masalah terhadap obyek yang harus diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk dapat diketahui seberapa masalah yang akan dibahas, agar lebih diperoleh gambaran yang jelas, tidak kabur dan berlarut-larut.
Masalah-masalah yang timbul mungkin banyak sekali sehingga memang perlu untuk diadakan pembatasan, tak mungkin dapat dibahas secara keseluruhan. Untuk mempertegas ruang lingkup penelitian, penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yaitu hanya terbatas pada pelaksanaan perjanjian kerja karyawan di PT Batik Danar Hadi Solo dan hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam melaksanakan perjanjian kerja tersebut serta cara mengatasi hambatan tersebut.
Demikian pembatasan masalah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini.

C.     Perumusan Masalah
Penelitian yang penulis lakukan tentu saja bersumber dari adanya masalah, karena jenis penelitian apapun pasti bersumber dari adanya masalah berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan seperti tersebut di atas, maka penelitian ini mencoba mencari jawaban terhadap permasalahan yang akan penulis rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja karyawan di PT Batik Danar Hadi Solo.
2. Bagaimana mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam perjanjian.
3. Permasalahan apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan perjanjian kerja karyawan tersebut dan bagaimanakah cara mengatasinya?

D.    Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk :
1. Tujuan Obyektif :
a.       Mengadakan sultu gambaran yang jelas dan lengkap tentang bagaimana pengaturan perjanjian kerja karyawan di PT Batik Danar Hadi Solo,
b.      Mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja karyawan PT Batik Danar Hadi Solo.
c.       Memperoleh pengetahuan tentang masalah-masalah yang timbul, yang menjadikan hambatan dalam pelaksanaan perjanjian kerja karyawan PT Batik Danar Hadi dan tentang cara mengatasinya.
2. Tujuan Subyektif
a.      Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam bidang Hukum, khususnya hukum perdata mengenai perjanjian terutama perjanjian ketenaga kerjaan.
b.      Untuk memperoleh data-data sebagai bahan pokok penyusunan skripsi, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan (S1) di Fakultas Hukum UNS.
Demikian tujuan tersebut penulis kemukakan disini agar dari penelitian ini mempunyai arah yang pasti dan jelas. Dan tentu saja agar tujuan dalam penelitian ini tidak menjadi kabur berlarut-larut sehingga tidak akan dapat memberikan gambaran yang jelas.
Suatu penelitian disamping harus mempunyai tujuan yang jelas, agar mempunyai arah yang pasti, maka tentu saja harus mempunyai kegunaan yang tertentu. Sedangkan kegunaan dari penelitian dengan jugul “PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN DI PT BATIK DANAR HADI SOLO” ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pelaksanaan perjanjian kerja antara karyawan dengan suatu perusahaan.
b. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bentuk pengaturan perjanjian kerja antara karyawan dengan suatu perusahaan.
c. Sebagai sarana untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai perjanjian ketenagakerjaan.

E.     Metodologi Penelitian
Cara-cara bagaimanakah cara memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan adanya suatu metodologi yang tertentu. Metodologi yang akan digunakin harus tepat sesuai dengan jenis penelitian. Metode-metode tersebut harus sistematis dan konsisten.
“Metode-metode tertentu harus diungkapkan secara berurutan dan sebagai kesatuan dari suatu system”. (Soejono Sukanto, Jakarta-Cet III)

Dalam penelitian ini penulis akan mengajukan metodologi sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penulis ankan menggunakan metode Deskriptif dalam melakukan penelitian ini yaitu suatu metode penelitian untuk melukiskan atau menggambarkan obyek penelitian. Sedangkan pendekatan yang terbaik yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif.
Menurut Soerjono Soekanto :
“Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang  manusia, keadaan gejala-gejala lainnya.
Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama, atau di alam kerangka menyusun teori-teori baru.” (Soerjono Sukanto, 1986-10)

Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk lebih berupaya memahami sesuatu dengan cermat.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tentangpelaksanaan perjanjian kerja karyawan ini penulis mengambil lokasi penelitian di PT Batik Danar Hadi Solo.
3. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan PT. Batik Danar Hadi Solo. Mengingat banyaknya jumlah populasi penulis mengambil beberapa karyawan yang dinilai tepat untuk digunakan sampel.
Untuk penarikan sampel dari populasi dilakukan dengan tehnik purposive sampling, yaitu sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel yang dipilih mencerminkan atau mewakili ciri-ciri populasi.
Hal ini digunakan agar sampel yang dipilih benar-benar mewakili dari keseluruhan populasi, karena jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif.
4. Jenis Data
a.       Data Primer
Data primer berasal dari sumber data primer yaitu yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti.
b.      Data Sekunder
Data sekunder berasal dari sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk penyempurnaan penelitian ini. Data sekunder tersebut antara lain adalah undang-undang, dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Mengenai data sekunder tersebut masih dapat dibagi lagi sebagai berikut :
-        Bahan-bahan hukum primer.
Yaitu peraturan perundang-undangan yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti.
-        Bahan-bahan hukum Sekunder.
-        Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan hahan-bahan hukum primer yang dapat membantu menganalisa dan memahami bahan-bahan hukum primer. Bahan-bahan tersebut dapat berupa rancangan peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para sarjana, laporan penelitian, maupun hasil seminar dam lain-lain sumber yang menyangkut dengan masalah yang diteliti.
5. Sumber Data
Berdasarkan jenis data tersebut di atas maka dapat ditentukan mengenai Sumber data tersebut adalah :
a.       Sumber Data Primer
Sumber data ini antara lain meliputi :
-          Pimpinan atau kepala Bagian Personalia PT Batik Danar Hadi.
-          Perkaryawan PT Batik Danar Hadi (Purposive sampling).
b.      Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan tulisan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu mengenai perjanjian kerja.

6. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam penelitian deskriptif ini agar dapat membahas dam mendalami masalah yang ada maka penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a.       Studi Kepustakaan (Library Research).
Yaitu pengumpulan bahan-bahan kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku literature dan bahan kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan pengetahuan secara teoritis.
b.      Penelitinn Lapangan (Field Work Research).
Yaitu penelitian terhadap masalah yang akan diteliti secara langsung meneliti ke lokasi yang bersangkutan, yaitu ke PT Batik Danar Hadi Solo penelitian yang bersumber di lapangan.
c.       Wawancara (Interview).
Yaitu cara memperoleh data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden atau informan. merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, pewawancara (penulis),  yaitu yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. ada 2 (dua) macam wawancara, yaitu :
1.      Wawancara berpatokan
Yaitu wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (Quesioner).
2.      Wawancara tidak berpatokan
Yaitu wawancara dengan tidak menggunakan daftar pertanyaan berstruktur.
Untuk memperoleh data yang akurat dan seksama dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan komhinasi keduanya dengan daftar pertanyaan berstruktur terbuka, yaitu daftar pertanyaan yang tidak disertai alternative jawaban-jawabannya.
Dalam hal ini diperlukan sumber data primer untuk dapat diwawancarai, yaitu :
-          Pimpinan atau kepa]a Bagian Personalia PT Batik Danar Hadi.
-          Para Karyawan PT Batik Danar Hadi.
7. Teknik analisa Data
Berdasarkan jenis dan sifat data-data yang diperoleh, maka untuk dapat memecahkan masalah yang diteliti, data yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dianalisa data secara kualitatif dengan model interactive, yaitu :
“Mereduksi data, menyajikan data, dan kemudian menarik kesimpulan.  Selain itu dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap tersebut, sehingga data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan yang lainnya secara sistematis. (H.B. Sutopo, 1991)

F.      Sistematika Gkripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang disusun secara sistematis, yang antara bab demi bab saling berkaitan. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I    :  Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika Skripsi.
BAB II         :  Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang Pengertian Umum Perjanjian yang meliputi syarat sahnya, azas-azas, dan berakhirnya perjanjian, sera mengenai resiko, wanprestasi, perjanjian baku dan macam-macam perjanjian.
BAB III       :  Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Sedangkan bab ini menguraikan tentang Gambaran Umum tentang PT Batik Danar Hadi Golo, Pelaksanaan Perjanjian Kerja Karyawan di PT Batik Danar Hadi Solo, Hak dan Kewajiban Masing-Masing Pihak, Masalah-Masalah yang Menjadi Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian dan Cara Mengatasinya.
BAB IV       :  Penutup
Dalam bab ini memuat tentang Kesimpulan dan Saran-Saran.



Untuk kelengkapan Data/File, Hubungi 081567694016